(.Docx) Laporan Kromatografi Kolom
KROMATOGRAFI KOLOM
JUDUL PRAKTIKUM : KROMATORAFI KOLOM
TANGGAL PERCOBAAN : 30 Mei 2016
1. Latar Belakang
1.1 Definisi Kromatografi Kolom
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen adonan dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa membisu yang sifafnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya yaitu cairan atau pelarut yang mengalir membawa komponen adonan sepanjang kolom. Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menjadikan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa ketika di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005).
Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase kendaraan beroda empat untuk mengetahui banyaknya komponen pola yang keluar melalui kolom. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui (Hayani, 2007).
Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang digunakan luas lantaran merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic. Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Kromatografi kolom bekerja menurut skala yang lebih besar memakai material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan menurut pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini yaitu adsorpsi (Adnan, 1997).
1.2 Penelitian Terdahulu Tentang Kromatografi Kolom
Penelitian wacana analisis kurkumin dengan memakai kromatografi kolom pernah dilakukan oleh Yudiati (2011), dalam jurnal Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Metanol dan Pigmen Kasar Spirulina Sp, Penelitian ini bertujuan untuk mengukur acara antioksidan dan menguji toksisitas ketiga ekstrak. Penelitian dilakukan secara laboratoris. Ekstrak Kasar Spirulina sp didapatkan melalui proses maserasi dengan pelarut methanol. Kromatografi Kolom Terbuka dilakukan untuk mengisolasi pigmen sedangkan identifikasi pigmen dilakukan dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis dan metode spektroskopi. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol, ekstrak pigmen kasar methanol/aseton dan eter mempunyai nilai IC50 323,7; 51 dan 34,85 ppm. Nilai LC50 dari ekstrak methanol, ekstrak kasar pigmen methanol/aseton dan eter berturut-turut adalah 113,20; 65,22 ppm dan 34,11 ppm. Hasil isolasi pigmen dan identifikasi pigmen menunjukkan bahwa pigmen mengandung β-karoten dan klorofil α. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kasatmata mengandung senyawa golongan flavonoid dan sterol. Ekstrak pigmen kasar Spirulina sp. selain mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi juga mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap Nauplii Artemia sp.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Idrus (2013), dalam penelitian ini yang berjudul Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Biji Tumbuhan Sirsak (Annona Muricata Lin),ia mengungkapkan bahwa Isolasi dan karakterisasi Senyawa Alkaloid dari Biji Tumbuhan Sirsak (Annona muricata lin). Telah dilakukan isolasi dan karakterisasi terhadap kandungan senyawa alkaloid pada biji tumbuhan sirsak. Isolasi dilakukan dengan tehnik ekstraksi secara maserasi memakai pelarut metanol. Ekstrak kental metanol difraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan etil asetat. Selanjutnya proses pemisahan yang difokuskan pada ekstrak kental metanol dengan memakai kromatografi kolom, sebagai fasa membisu digunakan silika gel dan fasa gerak yaitu adonan n-heksan:etil asetat:metanol secara bergradien yang kemudian dimasukkan kedalam kolom dan kesudahannya larutan yang turun pertama yaitu larutan n-heksana yang sifatnya non polar. Isolat yang diperoleh diuji kemurnian dengan memakai Kromatografi Lapis Tipis. Isolat selanjutnya dikarakterisasi memakai UV-Vis dan Inframerah.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Asih (2008), dalam jurnal Senyawa Golongan Flavonoid Pada Ekstrak n-Butanol Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers), Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari kulit batang Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers). Isolasi dilakukan dengan cara maserasi dan partisi, yang menghasilkan ekstrak kental n-heksana, ekstrak kental etil asetat dan ekstrak kental n-butanol. Ekstrak kental n-butanol positif secara fitokimia dan paling banyak kuantitasnya, dilanjutkan untuk dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom.
Isolat dari ekstrak n-butanol positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari spektrum Ultra Violet -Visibel, dapat diduga senyawa flavonoid merupakan golongan flavanon atau dihidroflavanol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 275–295 nm (pita II) dan 350–400 nm berupa pita I. Penambahan pereaksi menunjukkan tidak adanya gugus hidroksi pada atom C-3 dan C-5, adanya gugus hidroksi pada atom C-7, dan tidak adanya gugus orto dihidroksi pada cincin A, B maupun C, serta terdapatnya gugus O-glikosida pada atom C-7. Spektrum inframerah menunjukkan bahwa isolat mempunyai gugus fungsi karakteristik yaitu OH terikat, CH alifatik, C=O, C=C aromatik, C–O dan CH aromatik.
2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini yaitu pemisahan komponen adonan zat menurut afinitas komponen terhadap fase membisu (zat penyerap).
3. Tinjauan Pustaka
3.1 Prinsip Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak menurut adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan yaitu silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan lainnya. Cara pembuatannya ada dua macam antara lain:
1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara berair yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu bertahap hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, sehabis silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir hingga batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen hingga diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom bertahap hingga masuk semua, dan kran dibuka diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi (Gritter, 1991).
3.2 Kolom kromatografi
Kolom biasanya berbentuk seperti buret untuk titrasi, ukurannya beragam. Perbandingan panjang kolom sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya, perbandingan ini tergantung mudah tidaknya komponen dipisahkan. Perbandingan berat sampel dan fase gerak (1:30) biasanya cukup memadai untuk pemisahan yang mudah, perbandingan dapat ditingkatkan hingga (1:50) untuk komponen yang susah dipisahkan (Soebagio,2002).
Gambar dibawah ini menunjukkan perangkat kromatografi kolom konvensional.
3.3 Fase Diam dan Fase Gerak
a. Fase Diam
Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari ukuran partikel fase dian untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250|iim. Fase gerak akan mengalir lebih lambat, sehingga perlu ditekan atau dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiO3) adalah fase diam yang serba guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika gel perlu diaktifkan panaskan pada 150-160°C selama 3-4 jam. Fase diam lain adalah alumina.
b. Fase Gerak
Pemilihan fase gerak sangat menentukan berhasil tidaknya pemisahan. Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan, dilakukan pendekatan:
1. Penelusuran literature/pustaka
2. Mencoba dengan KLT
Cara ini dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan fase diam kolom yang akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangfcan dengan fase gerak non polar kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar (Soebagio, 2002).
4. Alat dan Bahan
4.1 Alat
No | Nama alat | Ukuran | Jumlah | Gambar |
1 | Gelas Ukur | 50 mL | 1 | |
2 | Gelas kimia | 100 mL | 2 | |
3 | Kapas | - | 1 | |
4 | Spatula/batang pengaduk | - | 1 | |
5 | Kolom | - | 1 | |
6 | Pipet Tetes | - | 1 | |
7 | Erlenmeyer | 100 mL | 1 |
4.2 Bahan
No | Nama bahan | Ukuran | Gambar | Keterangan |
1 | Kalium Permanganat | 3 mL | Berbahaya | |
2 | Kalium Kromat | Irritant | ||
3 | 1-butanol | 100 mL | Flammable | |
4 | n-heksana | 8 mL | Berbahaya bagi lingkungan | |
5 | Silika Gel | - | Irritan |
5. Prosedur Kerja
No | Prosedur kerja | Pengamatan | Reaksi |
1 | Dimasukkan penjerap aluminium oksida yang telah dibasahi dengan air setinggi 10 cm kedalam kolom yang bersih | - | |
2 | Dimasukkan larutan n-heksana sebanyak 8 mL | - | |
3 | Dimasukkan kalium permanganat sebanyak 3 mL dan kalium kromat sebanyak 2 mL kedalam gelas kimia (digunakan sebagai eluen) | - | |
4 | Larulan eluen tersebut dimasukkan kedalam kolom | - | |
5 | Kran kolom kemudian dibukadan diamati larutan yang keluar dan dicatat hasilnya | - |
6. Pembahasan
Percobaan kromatografi kolom kali ini bertujuan untuk memisahkan larutan yang bersifat polar dan non polar atau pemisahan adonan zat yang didasarkan pada afinitas komponen zat terhadap fase diam. Pada teknik pemisahan secara kromatografi kolom terdapat komponen-komponen terdistribusi yang terdiri dari dua fasa yaitu fasa membisu dan fasa gerak. Transfer masa antara fase membisu an fase gerak terjadi apabila molekul-molekul adonan diserap pada permukaan partikel atau terserap didalam pori-pori partikel.
Percobaan ini langkah yang pertama dilakukan yaitu membasahi silika gel (SiO3) dengan air sebanyak 15 mL dan dimasukkan kedalam kolom yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Kemudian kedalam kolom dimasukkan larutan n-heksana dan sehabis larutan n-heksana dimasukkan kedalam kolom, larutan tersebut terpisah dengan silika gel disebabkan lantaran larutan n-heksana bersifat non polar sedangkan silika gel bersifat polar. Langkah selanjutnya aadalah disiapkan gelaskimia untuk menciptakan eluen dan kedalam gelas kimia tersebut dimasukkan kalium permanganat (KmnO4) sebanyak 3 mL dan larutan kalium kromat (K2Cr2O7) sebanyak 2 mL selanjutnya kedua larutan tersebut dicampurkan sehingga menghasilkan warna larutan merah hati kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam kolom. Hasilnya didalam kolom terdapat tiga larutan yang terpisah yaitu n-heksana (non polar), silika gel (polar) dan eluen (larutan yang diuji). Langkah selanjutnya yaitukran kolom dibuka, larutan yang pertama yang turun yaitu larutan yang tidak berwarna yang merupakan larutan n-heksana. Larutan n-heksana turun terlebih dahulu lantaran bersifat non polar. Ini disebabkan lantaran ikatan yang terdapat pada silika gel dengan n-heksana lemah bila dibandingkan dengan pelarut lain. Selanjutnya, sehabis larutan n-heksana berhenti turun yang kedua turun dari kran yaitu larutan yang berwarna kuning yaitu kalium kromat (K2Cr2O7). Selama proses larutan tersebut turun zat terlarut akan mengalami proses adsorbsi dan partisi yang terjadi secara berulang-ulang. Silika gel berperan sebagai fasa membisu yang sangat polar dikarenakan silika gel ini mempunyai pori-pori dan tidak gampang bereaksi dengan senyawa-senyawa organik pada kolom.
Pemisahan dengan memakai teknik kromatografi kolom didasarkan pada afinitas kepolaran analit dengan fase diam. Sedangkan fase gerak selalu memilki kepolaran yang berbeda dengan fase diam. Pada percobaan ini yang menjadi fase membisu yaitu silika gel (SiO3) yang bersifat polar dan fase geraknya yaitu larutan n-heksana yang bersifat non polar. Digunakan pelarut non polar dikarenakan pelarut non polar lebih gampang mengelusi zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu.
Hasil percobaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Idrus (2013), Ekstrak kental metanol difraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan etil asetat. Selanjutnya proses pemisahan yang difokuskan pada ekstrak kental metanol dengan memakai kromatografi kolom, sebagai fasa membisu digunakan silika gel dan fasa gerak yaitu adonan n-heksan:etil asetat, dan etil asetat : metanol secara bergradien yang kemudian dimasukkan kedalam kolom. Hasilnya larutan yang turun pertama yaitu larutan n-heksana yang sifatnya non polar.
7. Penutup
7.1 Kesimpulan
Pemisahan dengan memakai teknik kromatografi kolom didasarkan pada afinitas kepolaran analit dengan fase diam. Pada percbaan ini didalam kolom terdapat tiga larutan yang terpisah yaitu n-heksana (non polar), silika gel (polar) dan eluen (larutan yang diuji). Setelah kran kolom dibuka larutan n-heksana turun terlebih dahulu lantaran bersifat non polar dan larutan yang kedua turun yaitu larutan berwana kuning yaaitu kalium kromat (K2Cr2O7) dibandingkan dengan kalium permanganat (KMnO4).
7.2 Saran
1. Praktikan harus lebih hati-hati dalam menentukan materi dan memindahkan larutan.
2. Praktikan harus memakai alat keselamatan menyerupai masker dan sarung tangan saat melaksanakan praktikum.
3. Volume larutan yang ditambahkan harus sesuai dengan mekanisme semoga proses analisa dengan memakai metode kromatografi kolom dapat berhasil.
4. Kurangnya ketelitian praktikan pada ketika melaksanakan percobaan disebabkan waktunya yang lama.
5. Bahan yang digunakan telah terkontminasi sehingga menyebabkan kegagalan pada praktikum dan tidak didaatkan hasil menyerupai yang diharapkan.
8. Daftar Pustaka
Adnan, J.M., 1997, Kimia Makanan, Bandung: ITB.
Astiti Asih dan Adi Setiawan., 2008, Senyawa Golongan Flavonoid Pada Ekstrak N-Butanol Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers), Jurnal Kimia, Vol.2, No., 2, Hal. 111-116.
Ervia Yudiati., 2011, Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Metanol dan Pigmen Kasar Spirulina sp, Ilmu Kelautan, vol. 16, No. 4, hal. 187-192.
Hayani, E., 2007, Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara Kromatografi Kolom, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 12 No. 1, hal. 18-26.
Rifki Brahmono Idrus., 2013, Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Biji Tumbuhan Sirsak (Annona muricata Linn), Teknik Kimia, Vol. 1, No. 2, Hal. 39-45.
Roy J, Gritter., James M. Bobbit, Arthur E. S., 1999, Pengantar Kromatografi, Bandung: ITB.
Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Makassar : Universitas Negeri Makassar: Fakultas MIPA.
Yazid, Estien, 2005. Kimia Fisika untuk paramedis. Yogyakarta: Andi Offset.
Referensi dari aneka macam buku dan jurnal + footnote.
0 Response to "(.Docx) Laporan Kromatografi Kolom"
Post a Comment