Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Rujukan Unggul Sudarmo

Konsep Larutan Eektrolit dan Nonelektrolit


      A.    Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Banyak reaksi kimia berlangsung dalam lingkungan berair, contohnya reaksi pada badan insan atau reaksi pada tumbuhan dan hewan. Oleh alasannya yakni itu, pemahaman perihal sifat-sifat larutan sangat penting. Perlu diingat kembali bahwa larutan yakni adonan sejenis dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut sedangkan zat yang jumlahnya banyak disebut pelarut. Larutan sanggup berwujud gas (misalnya udara), padat (misalnya kuningan), atau cair (misalnya air gula). Pembahasan perihal larutan elektrolit dan nonelektrolit pada pecahan ini yakni larutan yang zat terlarutnya zat padat, cair atau gas, dengan pelarut air.[1]

Pada awal ditemukan listrik, banyak orang mencoba mempelajari imbas arus listrik terhadap zat padat, cair, dan gas. Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan zat padat sanggup dikelompokkan menjadi konduktor (dapat menghantarkan arus listrik, umumnya logam) dan isolator (tidak sanggup menghantarkan arus listrik, umumnya non-logam). Selain zat padat, zat cair juga sanggup dikelompokkan menjadi zat cair yang sanggup menghantarkan arus listrik (elektrolit) dan zat cair yang tidak sanggup menghantarkan arus listrik (nonelektrolit).[2]
sumber google
Suatu alat yang disebut alat uji elektrolit (Gambar 2.1) dipakai untuk menguji apakah suatu zat cair atau larutan sanggup menghantarkan listrik atau tidak. Alat tersebut tersusun dari rangkaian elektrode, yang terbuat dari dua buah batang yang sanggup menghantarkan arus listrik (dibuat dari grafit, tembaga, atau platina), yang dihubungkan dengan dengan sumber daya searah (baterai), dan bola lampu pijar. Dua batang elektrode yang terpisah tersebut lalu dimasukkan dalam wadah yang berisi zat cair atau larutan yang akan diuji. Apabila bola lampu menyala, maka zat tersebut sanggup menghantarkan arus listrik (elektrolit). Sebaliknya apabila zat cair atau larutan tersebut tidak sanggup menghantarkan arus listrik (nonelektrolit), maka lampu tidak menyala.[3]

1.      Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen

Beberapa zat dalam keadaan padat tidak sanggup menghantarkan arus listrik tetapi dalam keadaan cair dan larutan sanggup menghantarkan listrik, contohnya garam dapur (NaCl). Demikian juga dengan HCl yang sanggup menghantarkan listrik sehabis dilarutkan dalam air.[4]
Air murni merupakan penghantar listrik yang sangat buruk. Pada pengujian dengan alat uji elektrolit, tidak ditemukan adanya arus listrik yang mengalir dari satu elektrode ke electrode lain (lampu tidak menyala). Akan tetapi, kalau di dalam air tersebut dilarutkan garam dapur padat, maka larutan yang terjadi sanggup menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini ditandai dengan menyalanya lampu pada alat uji elektrolit. Peristiwa yang sama juga akan terjadi kalau ditetesi larutan pekat asam klorida. Larutan NaCl dalam air dan larutan HCl dalam air sanggup menghantarkan listrik dan disebut dengan larutan elektrolit, sedangkan zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam air ternyata tidak sanggup menghantarkan arus listrik, contohnya gula. Larutan tersebut termasuk ke dalam larutan nonelektrolit.[5]
Dari hasil pengujian di atas, maka timbul pertanyaan Mengapa garam dapur cair sanggup menghantarkan arus listrik sedangkan garam dapur dalam bentuk padatan tidak sanggup menghantarkan arus listrik? Mengapa larutan gula, urea dan alkohol tidak sanggup menghantar arus listrik?[6]
Svante Arrhenius pada tahun 1884 mengajukan teorinya, bahwa dalam larutan elektrolit yang berperan menghantarkan arus listrik yakni ion-ionnya (partikel-partikel bermuatan listrik) yang bergerak bebas di dalam cairan atau larutan. NaCl padat merupakan senyawa ion yang didalamnya terdapat ion-ion Na+ dan Cl-. Namun demikian, NaCl padat tidak sanggup menghantarkan arus listrik alasannya yakni ion-ion Na+ dan Cl- terikat sangat rapat dalam Kristal sehingga tidak bebas bergerak. Kondisi ini tidak terjadi pada NaCl cair. Dalam keadaan cair, jarak antar ion-ion Na+ dan Cl- sangat renggang sehingga ion-ion tersebut bebas bergerak untuk menghantarkan listrik.[7]
 Hal ini sama terjadi pada larutan NaCl (NaCl padat yang dilarutkan dalam air). Oleh alasannya yakni imbas air, garam dapur (NaCl) akan terurai menjadi ion positif (kation) Na+ dan ion negatif (anion) Cl- yang bebas bergerak. Pada proses ini disebut dengan disosiasi.
Bagaimana dengan HCl yang merupakan senyawa kovalen?
NaCl(s)  + 
H2O (l)→ Na+(aq) + Cl-(aq)
Oleh alasannya yakni HCl merupakan senyawa kovalen, maka tidak ada ion pada HCl, adanya yakni molekul-molekul HCl. Molekul-molekul ini meskipun bebas bergerak tetapi tidak sanggup membawa muatan listrik alasannya yakni bukan ion. HCl merupakan senyawa kovalen polar, yang berarti memiliki kutub-kutub positif dan negatif akhir adanya perbedaan keelektronegatifan. Di dalam air, molekul HCl tersebut sanggup terurai alasannya yakni imbas air yang juga bersifat polar sehingga membentuk ion-ion H+ dan Cl-. Ion-ion dalam larutan inilah yang berperan sebagai penghantar listrik. Proses pengionan tersebut disebut dengan ionisasi.

HCl(s) +H2O  H+(aq) + Cl-(aq)
Ion-ion positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan ion-ion negatif akan bergerak menuju elektroda positif dengan membawa muatan listrik. Peristiwa bergeraknya ion negatif dan negatif ke electrode ini sanggup diperagakan dengan percobaan sederhana. Kertas saring yang dibasahi dengan larutan  CuCrO4 dijepit dengan penjepit buaya yang dihubungkan dengan sumber arus listrik. Kutub yang bermuatan positif akan berwarna kuning alasannya yakni ion CrO4-2 yang berwarna kuning berkumpul di kutub tersebut. Sedangkan kutub negatif akan berwarna biru alasannya yakni ion Cu2+ yang berwarna biru berkumpul di kutub tersebut.[8]
Dari klarifikasi di atas sanggup disimpulkan bahwa larutan elektrolit sanggup menghantarkan arus listrik alasannya yakni di dalamnya terkandung ion-ion yang bebas bergerak. Ion-ion tersebut berasal dari zat terlarut yang terurai menjadi ion-ion positif dan ion-ion negatif yang bebas bergerak membawa muatan listrik.

2.      Larutan Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Pada uji larutan dengan alat uji elektrolit, ada tiga kemungkinan yang sanggup diperoleh, yaitu :
1.      Jika lampu menyala dan timbulnya gelembung-gelembung gas, maka larutan tersebut memiliki daya hantar yang baik dan disebut larutan elektrolit kuat.
2.      Jika lampu tidak menyala atau  menyala redup, dan di sekitar elektroda timbul gelembung-gelembung gas, maka larutan tersebut yang diuji memiliki daya hantar yang lemah atau larutan elektrolit lemah.
3.      Jika lampu tidak menyala dan di sekitar elektroda tidak terdapat gelembung-gelembung gas, maka larutan yang diuji tidak menghantarkan arus listrik atau larutan non-elektrolit.
Daya hantar larutan elektrolit ditentukan oleh banyak sedikitnya ion yang terjadi oleh proses ionisasi. Makin banyak ion yang terdapat di dalam suatu larutan maka makin berpengaruh daya hantar listriknya.
Semua senyawa ion yang larut dalam air akan menjadi larutan elektrolit berpengaruh alasannya yakni terdisosiasi sempurna. Beberapa senyawa kovalen tergolong elektrolit berpengaruh alasannya yakni terionisasi dalam persentase yang besar, sedangkan beberapa senyawa kovalen lainnya hanya terdisosiasi sebagian sehingga dikelompokkan menjadi larutan elektrolit lemah. Larutan senyawa kovalen yang tidak mengalami ionisasi merupakan non-elektrolit.[9]
Daftar acuan footnote dan daftar pustaka.



[1] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 143. 
[2] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 144. 
[3] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 144. 
[4] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 144.
[5] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 144.
[6]Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 145.   
[7] IBID
[8] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 146. 
[9] Sudarmo, Unggul. Kimia untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 146.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Rujukan Unggul Sudarmo"

Post a Comment