Laporan Kimia Analitik Ekstraksi Memakai Ekstraktor Soxhlet

PERCOBAAN II KIMIA ANALITIK II

JUDUL PRAKTIKUM                : EKSTRAKSI MENGGUNAKAN EKSTRAKTOR SOXHLET

TANGGAL PERCOBAAN         : 03 Mei 2016

1.    Latar Belakang

1.1     Definisi Ekstraksi

            Ekstraksi ialah pengambilan atau pemisahan suatu adonan dengan memberi pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut. Untuk memisahkan suatu cairan larut dalam cairan lainnya, sanggup dilakukan dengan memakai metode pemisahan adonan melalui proses ekstraksi (Syukri, 1999).
extractor soxhlet

Hal yang lainnya wacana soxhlet juga dikemukakan oleh Ketaren (1986), mengenai penentuan  kadar  minyak atau  lemak sesuatu bahan  sanggup dilakukan  dengan menggunakan soxhlet apparatus, cara ini sanggup juga digunakan untuk ekstraksi minak dari suatu materi yang mengandung minyak.  Ekstraksi dengan alat soxhlet apparatus merupakan   cara   ekstraksi   yang   efisien   karena   dengan   ini   pelarut   dapat   diperoleh kembali, materi padat umumnya membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, karena itu diperlukan pelarut yang lebih banyak.
Perangkat estraktor soxhlet terdiri dari gelas bulat, alat refluks berupa ember serta sarung ekstraksi yang telah dipasang dan berada didalam   bejana   tersebut serta alat pendingin   (kondensor). Kegunaan ekstraktor soxhlet ialah untuk menentukan zat minyak dan lemak yang terdapat dalam suatu larutan sampel. Bejana bulat, alat refluks dan alat pendingin terbuat dari beling tahan panas dan sarung ekstraksi terbuat dari kertas kuhsus (Alaert, 1984).

1.2 Penelitian Terdahulu Tentang Ekstraksi

       Penelitian wacana ekstraksi memakai ekstraktor soxhlet pernah dilakukan oleh Rachmawati (2013), dalam hasil jurnal penelitiannya tersebut. Ia mengungkapkan bahwa isolasi minyak atsiri kenanga dengan memakai distilasi uap pada penelitian ini menghasilkan minyak atsiri kenanga yang berwarna kuning muda, berbau segar khas kenanga dengan rendemen sebesar 1,066%. Rendemen yang diperoleh dari penelitian ini relatif lebih rendah, ini disebabkan karena perbedaan tempat pertumbuhan bunga kenanga, waktu petik bunga dan kematangan bunga sehingga mensugesti hasil rendemen yang diperoleh.
Selain itu penelitian wacana ekstraksi juga pernah dilakukan oleh Mamonto (2014), penelitian yang dilakukan mengenai aktivitas antioksidan ekstrak kulit biji buah pinang yaki (Areca Vestiaria Giseke) yang di ekstraksi secara soklet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui acara antioksidan dan total kandungan flavonoid dari ekstrak kulit biji Pinang Yaki, yang diekstraksi secara soxhlet memakai pelarut metanol, etil asetat dan kloroform. Sampel pinang yaki diambil, dicuci, kemudian dipisahkan antara kulit buah, kulit biji dan biji. Dipisahkan dan dikeringkan selama 4 hari sehabis itu dimasukkan dalam ovendengan suhu 40oC, kemudian diangin-anginkan selama beberapa hari, kemudian sampel dihaluskan dengan memakai blender hingga berbentuk serbuk. Bagian tumbuhan pada pinang yaki diambil kemudian dilakukan determinasi pada tumbuhan pinang yaki untuk mengetahui tumbuhan tersebut benar ialah pinang yaki yang akan diuji acara antioksidannya.
Hasil penelitian memperlihatkan metode soxhlet dengan memakai pelarut metanol mempunyai acara antioksidan dengan nilai equivalen asam galat ekstrak metanol sebesar 59,33 equivalen ag/g, kemudian pada kloroform 18,8 equivalen ag/g, etil asetat 46,26 equivalen ag/g. Kandungan flavonoid yang terdapat pada ekstrak metanol kulit biji buah pinang yaki sebesar 2,57 mg/kg.
Penelitian wacana ekstraksi yaitu ekstraksi minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix) dengan pelarut etanol dan n-heksana juga pernah dilakukan oleh Munawaroh (2010), ia mengungkapkan bahwa Indonesia mempunyai sumber alam yang kaya akan minyak atsiri. Salah satu sumber alam yang potensial ialah jeruk purut yang sanggup dimanfaatkan sebagai flavor dalam makanan. Pengambilan minyak atsiri daun jeruk purut memakai metode ekstraksi pelarut mudah menguap. Tujuan penelitian untuk mempelajari dampak pelarut n-heksana dan etanol terhadap rendemen dan kadar sitronellal dalam daun jeruk purut.
Ekstraksi minyak daun jeruk purut dengan pelarut n-heksana dan etanol, menggunakan ekstraktor soxhlet, pemanas listrik, penangas minyak, dan termo-meter. Daun jeruk purut yang tua dilayukan, dipotong kecil-kecil dibungkus dengan kertas saring dan diletakkan dalam soxhlet. Pelarut sebanyak 100 mL dimasukkan dalam labu bantalan lingkaran ekstraktor yang dilengkapi pendingin. Ekstraksi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu tergantung dari jenis pelarut yang digunakan, hingga dihasilkan warna pelarut kembali ibarat semula. Filtrat dimurnikan dengan ekstraktor soxhlet, sehingga diperoleh minyak daun jeruk purut terpisah dari pelarutnya. Minyak atsiri kemudian dilakukan uji GCMS untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam minyak atsiri. Hasil penelitian diperoleh ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut etanol menghasilkan rendemen 13,39% dan kadar sitronellal 65,99%, sedangkan untuk ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut n-heksana menghasilkan rendemen 10,50% dan kadar sitronellal 97,27%. Sehingga n-heksana pelarut terbaik dalam pengambilan minyak daun jeruk purut dibandingkan etanol.

2.    Tujuan Percobaan

              Adapun tujuan percobaan ini ialah untuk mengisolasi minyak atsiri pada bunga kenanga memakai ekstraktor soxhlet.

3.    Tinjauan Pustaka

3.1     Ekstraktor Soxhlet

Ekstraktor soxhlet ialah alat yang digunakan untuk mengekstraksi suatu senyawa dari material padatnya.Alat ini ditemukan oleh Franz von Soxhlet pada tahun 1879 dan pada awalnya hanya digunakan untuk mengekstraksi lemak dari material padatnya. Suatu senyawa yang mempunyai kelarutan yang sangat spesifik dengan larutan tertentu sanggup dipisahkan dengan gampang dengan proses filtrasi sederhana. Namun apabila senyawa tersebut mempunyai kelarutan yang terbatas, sanggup digunakan ekstraktor soxhlet untuk memisahkan senyawa tersebut dari material asalnya.
Dalam soxhlet akan digunakan pelarut yang berfungsi melarutkan senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut ini  biasanya ialah larutan yang bersifat non polar ibarat metana. Pelarut tersebut akan diuapkan kemudian dembunkan. Embun hangat yang mengenai material padat akan menyebabkan senyawa yang dikandungnya larut bersama larutan tersebut.
Soxhlet ialah alat yang digunakan untuk ekstraksi (metode  untuk mendapat senyawa dari sistem campuran) padat-cair atau memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan memakai suatu pelarut cair.
Soxhletasi ialah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang–ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi ialah pengekstrakan berulang-ulang (continous extraction) dari sampel pelarut (Arlene, 2013). 

3.2    Minyak Atsiri

Minyak atsiri ialah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial lantaran pada suhu kamar gampang menguap. Istilah esensial digunakan lantaran minyak atsiri mewakili busuk dari tumbuhan asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan usang minyak atsiri sanggup teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam ember gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri terdiri dari banyak sekali adonan persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan Hidrokarbon teroksigenasi (Kateren, 1986). 

3.3     Prinsip Kerja Soxhlet

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu bantalan lingkaran sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan kalau cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu bantalan lingkaran melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi tepat ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda kalau di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Pada prinsipnya metode sokletasi memakai suatu pelarut yang gampang menguap dan sanggup melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam materi alam tersebut. Metode sokletasi mempunyai keunggulan dari metode lain, lantaran melalui metode ini penyaringan dilakukan beberapa kali dan pelarut yang digunakan tidak habis (didinginkan melalui pendinginan) dan sanggup digunakan lagi sehabis hasil isolasi dipisahkan (Syukri, 1999). 

3.4  Keuntungan dan Kerugian Metode Soxhletasi

  Keuntungan dari metode ini antara lain :
§  Sampel terekstraksi dengan sempurna
§  Proses ekstraksi lebih cepat
§  Pelarut yang digunakan sedikit.
Kerugian dari metode ini, :
§  Tidak sanggup memakai materi yang mempunyai tekstur  keras.
§  Pengerjaannya rumit dan agak lama, lantaran harus diuapkan di rotary evaporator untuk meperoleh ekstrak kental (Syukri, 1999).

4.    Alat dan Bahan

4.1     Alat

No
Nama alat
Ukuran
Jumlah
Gambar
1
Perangkat soxhlet
-
1



2


Batang Statif dan Klem

-
1






3

Kertas Saring

-

 


1









4.2    Bahan

No
Nama bahan
Ukuran
Gambar
Keterangan
1
Bunga kenanga



19,8 g









-
2
Etanol (C2H5OH)
200 mL





Flammable


3
Boiling Chip

-

Irritant

5.    Prosedur Kerja


No
Prosedur kerja
Pengamatan
Reaksi
1
Sebanyak 19,8 g bunga kenanga yang sudah dikeringkan. Kemudian diiris halus dan dibugkus dengan kertas saring belahan bawah dan atas disumbat dengan kapas
-
2


tempat ekstraktor Sokhlet . Labu didih diisi 200 mL ethanol dan kerikil didih Dimasukkan kedalam.
-
3
Setelah pendingin dialirkan, dipanaskan labu didih dengan penangas mantel, dilanjutkan ekstraksi hingga berulang.

-
4



Selanjutnya dilakukan pendingankan pada labu dan pelarut diuapkan.


-

6.    Pembahasan

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), ialah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun gampang menguap sehingga memperlihatkan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan materi dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri bersifat gampang menguap lantaran titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya besar lengan berkuasa memengaruhi saraf insan (terutama pada hidung) sehingga seringkali memperlihatkan imbas psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun mempunyai imbas tersendiri, dan campurannya sanggup menghasilkan rasa yang berbeda. Karena dampak psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, ibarat yoga.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang gampang diperoleh, ibarat minyak kelapa.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari adonan yang rumit banyak sekali senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).
Hal yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu mula-mula diiris  halus bunga kenanga yang telah dikeringkan dengan cara dipotong-potong kecil semoga zat-zat yang terkandung di dalam bunga kenanga gampang melarut dalam pelarut yang digunakan. Kemudian ditimbang sebanyak 19,8 gram bunga kenanga sebagai sampel yang akan ditentukan minyak atsirinya. Metode yang sanggup dilakukan yaitu ekstraksi soxhletasi lantaran sampel yang digunakan  ialah bunga kenanga yang berupa padatan. Selain itu, metode ekstraksi soxhletasi lebih gampang dan efisien untuk dilakukan. Sebelum melaksanakan soxhletasi, dibentuk terlebih dahulu selongsongnya dengan membungkus sampel bunga kenanga yang digunakan dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga berbentuk lonjong yang diapit oleh kapas di kedua ujungnya. Kertas saring diikat dengan benang berwarna putih semoga tidak mengganggu warna ekstrak yang diperoleh pada ketika proses ekstraksi dan semoga potongan bunga kenanga tidak hancur atau keluar dari kertas saring pada ketika proses ekstraksi berlangsung. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus lantaran kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang sanggup mempermudah pelarut untuk menyerap minyak atsiri yang terkandung dalam sampel.
Proses soxhletasi pada percobaan ini, memakai pelarut berupa alkohol atau  etanol yang digunakan untuk melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam  bunga kenanga. Minyak atsiri dan etanol mempunyai kepolaran yang sama yaitu bersifat polar sehingga etanol bisa melarutkan minyak atsiri sesuai dengan prinsip like dissolved like.
Setelah sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet, selanjutnya dimasukkan etanol sebanyak 200 mL ke dalam labu lingkaran dan merangkai alat soxhlet serta melaksanakan proses ekstraksi hingga minyak atsirinya terbentuk. Batu didih juga digunakan pada labu bantalan lingkaran bertujuan untuk menjaga tekanan dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi booming selama proses ekstraksi berlangsung.  Proses yang terjadi selama soxhletasi ialah pelarut etanol dipanaskan dalam labu lingkaran sehingga menguap dan didinginkan memakai kondensor, sehingga jatuh berupa cairan ke sampel (bunga kenanga) untuk melarutkan minyak atsiri yang terdapat di dalam sampel bunga kenanga. Dan kalau cairan pelarut telah mencapai permukaan sifon maka minyak atsiri akan keluar melalui pipa kecil menuju labu bantalan lingkaran dan proses ini terjadi secara terus menerus atau continue. Proses soxhletasi dilakukan beberapa kali sirkulasi dan  dihasilkan ekstrak minyak astiri kotor berwarna kuning kehijauan sedangkan minyak atsiri murni yang diperoleh dari pemisahan memakai corong pisah berwarna kuning muda.
Hasil dari percobaan ini sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan oleh Rachmawati (2013), yaitu pada penelitian yang ia lakukan hasil yang didapat dari percobaannya yaitu minyak atsiri kenanga yang berwarna kuning muda, berbau segar khas bunga kenanga. 

7.    Penutup

7.1     Kesimpulan

Ekstrasi sokhletasi dengan sampel bunga kenanga dihasilkan minyak atsiri berwarna hijau kekuningan, dimana hasil ekstrasi yang didapat ialah ekstrak kotor lantaran minyak atsiri bunga kenanga bercampur dengan ethanol. Sedangkan minyak atsiri murni berwarna kuning muda dan berbau segar khas bunga kenanga.

7.2  Saran

1.        Praktikan harus lebih hati-hati dalam menentukan materi dan memindahkan larutan.
2.        Praktikan  harus memakai alat keselamatan ibarat masker dan sarung tangan ketika melaksanakan praktikum.
3.        Alat yang digunakan untuk mengambil larutan ibarat gelas ukur harus dipastikan higienis semoga tidak terkotori pada larutan dan menyebabkan kegagalan pada praktikum.
4.        Volume larutan yang ditambahkan harus sesuai dengan mekanisme semoga proses ekstraksi dapat berhasil.
5.        Kurangnya ketelitian praktikan pada ketika melaksanakan percobaan dikarenakan prosesnya yang lama.

8.    Daftar Pustaka

Alaerts, 1984, Metoda Penelitian Air, Surabaya: Usaha Nasional.
Arlene, A., 2013, Ekstraksi Kemiri Dengan Metode Soxhlet Dan Karakterisasi Minyak Kemiri, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 2 Halaman: 6-10.
Arsyad, M, N., 1997, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Jakarta: Gramedia.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif                       Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.                    
Ketaren, S., 1986, Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta : Universitas Indonesia.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mamonto, (dkk), 2014, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Biji Buah Pinang Yaki (Areca Vestiaria Giseke) Yang Di Ekstraksi Secara Soklet. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 3, Hal: 263-272.
Munawaroh, S., dan Handayani, P, A., 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana, Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Halaman: 73-78.
Rachmawati., 2013, Isolasi Minyak Atsiri Kenanga (Cananga Odorata) Menggunakan Metode Distilasi Uap Termodifikasi Dan Karakterisasinya Berdasarkan Sifat Fisik Dan Kg-Sm, Kimia Student Journal, Vol. 1, No. 2, Hal. 276-282.
Syukri, S., 1999, Kimia Muda 2, Bandung : ITB.
Underwood , A, L., 2004, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Laporan Kimia Analitik Ekstraksi Memakai Ekstraktor Soxhlet"

Post a Comment